Rabu, 07 Desember 2011

Tes dan Pengukuran Olahraga


Tes Komponen fisik dalam Bolavoli
TES KELINCAHAN

Shuttle run (AAHPER, 1965)
Tujuan: Untuk mengukur kecepatan dan perubahan arah
Perlengkapan dan peralatan: Setiap pos memerlukan dua balok kayu berukuran 5 X 5 X 10 cm, stopwatch, dan area lari 9 meter (sekitar 30 kaki) (seperti luas lapangan bola voli).
Petunjuk: Testi memulai dengan berdiri di belakang garis start. Di belakang garis yang lain telah diletakkan balok kayu. Setelah aba-aba dimulai, testi berlari pada balok kayu, mengambilnya, dan berlari kembali ke garis start. Testi meletakkan (bukan dilempar) balok kayu di belakang garis start, berlari kembali dan mengambil balok kayu yang satunya lagi serta membawanya melewati garis start. Pada semua jarak total dilalui 36 meter. Testi diberi 2 kali kesempatan dengan sedikit interval.
Skor: waktu terbaik dari dua kali kesempatan dan dicatat sampai sepersepuluh (1/10) detik.
Petunjuk tambahan:
a. Kelompok tes dapat dibagi dua.
b. Dengan tambahan stopwatch dan bantuan asisten, dapat dilaksanakan lebih dari 2 testi dalam waktu bersamaan.
Reliabelitas, obejektivitas, validitas: Pada obyek individu dalam AAHPER Youth Fitness Test telah dipilih dengan beberapa faktor, namun tidak ada koefisien khusus yang diberikan. Berikut ini adalah batasan nilai menurut AAHPER (1965).
Table
AAHPER SHUTTLE RUN NORMS (sec/detik)

Persentase Sex Male Female
Umur 9-11 12-14 15-17 18-22 10-11 12-14 15-17 18-22
90 10.2 9.8 9.1 9.1 10.5 10.2 10.3 10.5
80 10.5 10.0 9.3 9.2 11.0 10.6 10.6 10.9
70 10.8 10.2 9.5 9.5 11.1 10.9 10.9 11.1
60 11.0 10.4 9.7 9.6 11.5 11.2 11.0 11.3
50 11.2 10.6 9.9 9.7 11.9 11.4 11.2 11.6
40 11.5 10.8 10.0 9.9 12.0 11.7 11.5 11.9
30 11.8 11.1 10.2 10.0 12.4 12.0 11.9 12.1
20 12.0 11.5 10.6 10.2 12.8 12.5 12.2 12.4
10 12.6 12.0 11.1 10.6 13.1 13.2 13.0 12.9
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWsdBIwhcDYBYjGoTbTOB5tC4PxJyOfWAIxjLlcg1-GkdNMsQAdc3u3sCFXRUz2o86eFCfBBjVthM0fQ9Lwxf0L4SS-Z2GtKAC4H3a-IiryBsK-v4cwOK4h8-PwNPt-rGNRU-ZOEtfM3WQ/s400/aahper.bmp



AAHPER SHUTTLE RUN DESIGN (1965)

Richard H. Cox. (1980). Teaching Volleyball. Minneapolis, Minnesota: Burgess Publishing Company.

The Illinois course
Panjang dari lapangan ini 10 meter dan lebar (jarak antara start dan finish) 5 meter. 4 kon dapat digunakan sebagai tanda pada start, finish, dan pada dua pos belokan dan jarak di antara masing-masing kon 3,3 meter sebagai tanda rute di tengahnya.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQwUbRTravpi_tyLXuKfoQ87QPTUYv_BsDc6Q1ed51uR1PM-Vmw3reodM6x_p-9Au9j02CNuSOnFwF8g1VN7WG1WV36tTnCQa9Hz6szaD6XoA1_mrM0f0GDzagbm64LYbduc1D1qrDVf9d/s400/illiones.bmp



Pelaksanaan tes.
Tes ini meminta atlet untuk lari secepat mungkin di rute garis merah seperti ditunjukkan diagram di atas.
• Atlet pemanasan 10 menit
• Asisten menusun lapangan sedetail pada diagram
• Atlet berbaring tertelungkup di lantai dan wajah tepat di garis start
• Asisten memberikan aba-aba “ya” dan menekan stopwatch
• Atlet bangun dan berlari mengelilingi lapangan sesuai dengan rute yang telah ditunjukkan sampai pada garis finish.
• Asisten menekan stopwatch saat atlet berhasil mencapai finish dan mencatat hasilnya

Normative data for the Illinois Agility Run Test
The following are national norms for 16 to 19 year olds.
Gender Excellent Above Average Average Below Average Poor
Male <15.2 secs 15.2 - 16.1 secs 16.2 - 18.1 secs 18.2 - 19.3 secs >19.3 secs
Female <17.0 secs 17.0 - 17.9 secs 18.0 - 21.7 secs 21.8 - 23.0 secs >23.0 secs
Sasaran kelompok:
Tes ini cocok untuk olahraga tim dan bukan untuk olahraga individu dimana jika di lakukan akan menjadi tidak sesuai atau menjadikan indikasi yang berlawanan dengan cabang individu.

Reliabilitas
Reliabelitas tes merujuk pada tingkat tes yang konsisten dan stabil dalam pengukuran yang dimaksud.
Reliabelitas akan bergantung atas bagaimana ketepatan pada tes dilakukan dan tingkat motivasi individu dalam melakukan tes.

Validitas
Validitas tes merujuk pada kebenaran dalam mengukur apa yang dinyatakan pada ukuran dan derajat pada dugaan, kesimpulan, dan keputusan yang dibuat pada basis dari skor tes yang sesuai dan berarti. Tes ini bermaksud untuk memonitor pengaruh latihan pada perkembangan fisik atlet.

Getchell B. (1979). Physical Fitness: A Way of Life, 2nd ed. New York: John Wiley
and Sons, Inc.


Tes Power Otot Lengan
Tujuan:
mengukur power otot lengan
Peralatan:
kursi, bola medicine, meteran, alat tulis
Pelaksanaan:
a. Testi duduk di kursi dan kursi diletakkan di belakang garis yang sudah di tandai.
b. Testi duduk dengan kedua lutut di tekuk dan mengarah ke depan serta punggung tidak membungkuk.
c. Testi memegang bola medicine dengan dua tangan. Bola dipegang tepat berada di atas belakang kepala. Kedu lengan menekuk ke atas belakang kepala.
d. Cara melemparnya yaitu bola dilempar dari atas belakang kepala dengan diarahkan ke depan dengan dua tangan.
e. Akhir dari posisi lengan setelah melempar yaitu lurus di depan badan.
f. Setelah bola menyentuh tanah lalu diukur jaraknya dari tempat testi duduk sampai tempat jatuhnya bola medicine.
Tes power otot lengan dilakukan sebanyak 3 kali pengukurab. Datanya diambil yang terbaik.
Penilaian:
saat bola dilemparkan dan jatuh menyentuh tanah, hasilnya di catat dari bekas (tanda) jatuhnya bola medicine sampai testi duduk di kursi.
Penguji:
Tiga orang yang terdiri dari 2 orang yang menandai jatuhnya bola saat menyentuh tanah sekaligus mengukur jatuhnya bola dari testi duduk sampai dengan jatuhnya bola serta 1 orang yang mencatat hasilnya.


Power Tungkai
Tes power tungkai dengan menggunakan tes vertical jump, satuan yang digunakan adalah centi mete, tiap teste mendapat tiga kali kesempatan untuk melakukan vertical jump (Johnson, Barry L. dan Nelson Jack K. 1986: 210-212)
1. Tes Daya Ledak Otot (Power) Tungkai
Untuk mengukur power otot tungkai digunakan tes vertical jump, satuan yang digunakan adalah centi meter (Johnson, Barry L. dan Nelson Jack K. 1986: 210-212). Vertical jump ini mempunyai koefisien reliabelitas yaitu 0,93 dan koefisien validitas 0,78. Tiap testee mendapat dua kali kesempatan untuk melakukan vertical jump, kemudian diambil data yang terbaik dikurangi tinggi raihan awal (sebelum loncatan).
Alat yang diperlukan dalam tes ini adalah papan meter jump, kapur, pembersih, dinding rata.
a. Cara pelaksanaan tes vertical jump yaitu:
1) Posisi 1 : Tungkai menekuk dengan sudut pada lutut kira-kira 110 derajat. Berdiri dengan ujung kaki jinjit, tegak lurus dan salah satu tangan lurus ke atas dimana ujung jari diberi kapur untuk penanda hasil raihan. Ukur raihan pada posisi ini.
2) Posisi 2 : Berdiri tegak dan tangan lurus ke atas dengan kaki jinjit. Ukur juga raihan pada posisi ini.
3) Posisi 3 : Dari posisi satu meraihkan tangan pada dinding/papan setelah melompat dengan power penuh, ukur hasil raihan.
b. Syarat dalam melakukan vertical jump:
1) Berdiri menyamping dinding
2) Setelah mengukur posisi 1, bentuk badan pada posisi 1 tidak boleh berubah waktu akan melakukan loncatan, misalnya dengan adanya gerakan pengayunan tubuh lebih kebawah (merendah) lagi.
3) Tangan tidak boleh ada gerakan mengayun.
4) Ukurlah berat badan (bb) dalam ukuran kg
c. Penilaian
Testor mencatat berat badan, selisih posisi 1 (h1)dan posisi 2 (h2) yang dihitung dalam satuan meter. Masukkan ke dalam formula dan hasilnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar