LANGKAH-LANGKAH ANALISIS
PEMBELAJARAN DAN PRAKTEK ANALISIS PEMBELAJARAN
Dosen Pengampu
: Dr. Sri Hartati, M.Pd
Oleh :
Oka Irmade
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI
PENDIDIKAN
FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS
MARET
SURAKARTA
2012
PENDAHULUAN
Setiap akan melakukan proses pembelajaran, seorang pengajar
akan menyiapkan sebuah desain pembelajaran. Diantara pengajar itu ada yang
mempersiapkan seluruh kegiatan pembelajarannya secara khusus jauh sebelum
memulainya dan ada pula yang membuat persiapannya untuk setiap kali proses
pembelajarannya. Kelompok pengajar yang lain merasa tidak perlu membuat
persiapan apapun sebelum memulai proses pembelajaran.
Kelompok yang terakhir di atas langsung mengajar karena
merasa telah dapat mengajar dengan baik apabila mengetahui topik yang akan
diajarkan untuk setiap kali pertemuan. Setiap pengajar baik yang membuat
persiapan maupun tidak, selalu mencari cara untuk melaksanakan kegiatan instruksionalnya
dengan sebaik-baiknya. Demikian pula setiap pengelola program pendidikan dan
latihan senantiasa mencari jalan meningkatkan programnya melalui cara yang
dianggapnya baik.
Setiap pengajar yang membuat persiapan dalam proses
pembelajaran selalu diawali dengan membuat tujuan instruksional umum (TIU).
Tetapi ada pula pengembang instruksional termasuk pengajar melompat dari TIU ke
TIK, tes, atau isi pelajaran tanpa melalui analisis instruksional (analisis
pembelajaran) sehingga menghasilkan kegiatan instruksional yang tidak
sistematis.
Implikasi proses pengembangan instruksional yang melompat
antara lain yaitu daftar TIK yang telah disusun tidak konsisten dengan TIU-nya
seperti kurang lengkap atau berlebihan, materi tes tidak terperinci, urutan isi
pelajaran kurang sistematis, titik berangkat materi pelajaran tidak sesuai
dengan kemampuan awal peserta didik, dan cara penyajiannya tidak sesuai dengan
karakteristik peserta didik.
Ketrampilan melakukan analisis instruksional (pembelajaran)
sangat penting bagi kegiatan instruksional karena pengetahuan, ketrampilan, dan
sikap yang harus diberikan lebih dahulu dari yang lain dapat ditentukan dari
hasil analisis instruksional. Dengan demikian pengajar jelas melihat arah
kegiatan instruksionalnya secara bertahap menuju pencapaian TIU sehingga
pengajar terhindar dari pemberian isi pelajaran yang tidak relevan dengan TIU.
PEMBAHASAN
Analisis pembelajaran merupakan proses
penjabaran prilaku umum menuju ke prilaku khusus yang tersusun secara logis dan
sisitematis dengan tersusunnya gambaran prilaku khusus dari yang paling awal
hingga akhir.
Dick
and Carey (1985) mengatakan bahwa tujuan pembelajaran yang telah diidentifikasi
perlu dianalisis untuk mengenali keterampilan-keterampilan bawahan (sub
ordinate skills) yang mengharuskan anak didik belajar menguasainya dan
langkah-langkah procedural bawaan yang ada harus diikuti anak didik untuk dapat
belajar tertentu. Cara yang digunakan untuk mengidentifikasi sub ordinate
skills adalah dengan cara memilih keterampilan bawahan yang berhubungan
langsung dengan ranah tujuan pembelajaran. Biasanya unuk mata pelajaran
tertentu, keseluruhan tujuan merupakan keterampilan intelektual. Teknik
analisis keterampilan bawahannya menggunakan pendekatan heararki, yaitu dengan
memilih apa yang harus dikuasai dan dilakukan oleh anak didik sehingga dengan
usaha pembelajaran sesedikit mungkin untuk dipelajari atau dikuasai melalui
belajar.
Menurut Dick and Carey
analisis pembelajaran adalah seperangkat prosedur yang bisa diterapkan dalam
suatu tujuan pembelajaran menghasilkan identifikasi langkah-langkah yang relevan bagi
penyelenggara suatu tujuan dan kemampuan-kemampuan subordinat yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan.
Analisis Pembelajaran (Instruksional) yang meliputi tiga sub
bab yaitu Pengertian Analisis Instruksional, Empat Macam Struktur Perilaku, dan
Langkah-langkah Melakukan Analisis Instruksional.( Afiuddin, Nur. 2009)
A.
Pengertian Analisis Instruksional
Analisis instruksional merupakan proses menjabarkan perilaku
umum ke perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis. (Nurhidayatullah,
Syahrir. 2011) Kegiatan tersebut untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku
khusus yang dapat menggambarkan perilaku umum secara lebih terperinci.
Kedudukan perilaku khusus dilakukan lebih dahulu daripada perilaku lainnya
karena sebagai perilaku prasyarat, yaitu perilaku yang menurut urutan gerakan
fisik berlangsung lebih dahulu, perilaku yang menurut proses psikologis muncul
terlebih dahulu atau secara kronologis terjadi lebih awal.
Analisis instruksional dapat menggambarkan susunan perilaku
khusus dari yang paling awal sampai yang paling akhir. Menurut Muhibbin Syah
(Muhibbin Syah, 2004: 181-182) jumlah dan susunan perilaku tersebut akan
memberikan keyakinan kepada pengajar bahwa perilaku umum yang tercantum dalam
TIU dapat dicapai secara efektif dan efisien. Melalui tahapan perilaku-perilaku
khusus tertentu siswa dapat mencapai perilaku umum. Perilaku khusus yang telah
disusun secara sistematis menuju perilaku umum bagaikan jalan yang singkat yang
harus dilalui oleh para siswa untuk mencapai tujuannya dengan baik.
B.
Empat Macam Struktur Perilaku
Bila perilaku umum diuraikan menjadi perilaku khusus akan
terdapat empat macam susunan, yaitu hierarkikal, prosedural, pengelompokan, dan
kombinasi.
- Struktur Hierarkikal
Struktur
perilaku yang hierarkikal adalah kedudukan dua perilaku yang menunjukkan bahwa
perilaku hanya dapat dilakukan bila telah dikuasai perilaku yang lain. Perilaku
B misalnya, hanya dapat dipelajari bila siswa telah dapat melakukan perilaku A.
Kedudukan A dan B disebut hierarkikal. Dalam suatu kurikulum, mata pelajaran A
merupakan prasyarat untuk mengikuti pelajaran B, atau Kompetensi Dasar (KD) A
merupakan prasyarat untuk mengikuti Kompetensi Dasar (KD) B. Tanpa lulus KD A
siswa tidak boleh atau tidak mungkin langsung mengikuti KD B. Perhatikan
contoh-contah perilaku di bawah ini :
a. Kedudukan perilaku mengamati
jaringan tumbuhan dan memahami sel tumbuhan. Mengamati jaringan tumbuhan
seperti mengamati sel penyusun, bentuk sel penyusun, ukuran sel penyusun tidak
mungkin dilakukan bila siswa belum memahami tentang sel tumbuhan.
Kedua perilaku tersebut tersusun secara hierarkikal. Memahami pengertian sel
tumbuhan merupakan prasyarat untuk dapat mengamati jaringan tumbuhan.
b. Kedudukan perilaku memahami
penulisan kalimat pernyataan dengan tanda baca penutup yang tepat hanya dapat
diketahui dengan cara mengenali terlebih dahulu kalimat pernyataan dengan tanda
baca penutup yang tepat, pemilihan tanda baca penutup yang tepat dalam kalimat
pernyataan dan mengklasifikasikan sebuah kalimat lengkap sebagai kalimat
pernyataan.
- Struktur Prosedural
Struktur perilaku prosedural adalah kedudukan beberapa
perilaku yang menunjukkan satu seri urutan perilaku, tetapi tidak ada perilaku
yang menjadi prasyarat untuk yang lain.Walaupun perilaku khusus dilakukan
berurutan untuk dapat melakukan perilaku umum, tetapi setiap perilaku dapat
dipelajari secara terpisah. Di bawah ini beberapa contoh perilaku yang tersusun
secara prosedural.
a. Dalam menggunakan mikroskop cahaya,
sedikitnya ada empat perilaku khusus yang terstruktur secara prosedural.
1)
Mengatur focus
2)
Meletakkan preparat pada kaca benda
3)
Menggambar preparat
4)
Mengatur cahaya
Siswa dapat mempelajari cara mengatur cahaya dahulu. Pada
kesempatan lain ia belajar meletakkan preparat pada kaca benda, kemudian
mengatur fokus dan menggambar preparat.
b. Dalam menggunakan OHP sedikitnya ada
tiga perilaku khusus yang terstruktur
secara prosedural.
1)
Menempatkan transparansi di atas OHP
2)
Menyalakan OHP
3)
Mengatur focus
Siswa dapat mempelajari cara mengatur fokus lebih dahulu.
Pada kesempatan lain ia belajar menempatkan ransparansi di atas OHP dan
kemudian menyalakannya. Tetapi dalam kegiatan keeluruhan ketiga perilaku
tersebut muncul secara berurutan muncul sebagai seri perilaku.
Perilaku yang tersusun secara prosedural dilukiskan
kotak-kotak yang berderet ke samping dan dihubungkan dengan garis horisontal.
Bila dilukiskan pada bagan mudah dibedakan dari perilaku yang tersusun secara
hierarkikal yang tampak dihubungkan dengan garis vertikal.
- Struktur Pengelompokan
Dalam struktur pengelompokan terdapat perilaku-perilaku
khusus yang tidak mempunyai ketergantungan satu sama lain, walaupun semuanya
berhubungan. Dalam keadaan seperti itu, garis penghubung antara
perilaku-perilaku khusus yang satu dan yang lain tidak diperlukan. Sebagai
contoh dalam mata pelajaran biologi yang menjelaskan sistem organ pada tubuh
manusia.
- Struktur Kombinasi
Suatu perilaku umum bila diuraikan menjadi perilaku khusus
sebagian tersebar akan terstruktur secara kombinasi antara struktur
hierarkikal, prosedural, dan pengelompokan. Sebagian dari perilaku khusus yang
terdapat di dalam ruang lingkup perilaku umum itu mensyaratkan perilaku khusus
yang lain. Selebihnya merupakan urutan penampilan perilaku khusus dan umum.
Contoh dari perilaku struktur kombinasi adalah perilaku umum
mengoperasikan mikroskop cahaya dapat diuraikan dalam perilaku khusus sebagai
berikut :
1.
Mengoprasikan mikroskop
1.1
Meletakkan preparat pada kaca benda
1.1.1 Menjelaskan teknik meletakkan preparat pada kaca benda
1.2
Menggambar preparat
1.2.1
Menjelaskan teknik menggambar
preparat
1.3
Mengatur cahaya
1.3.1
Menjelaskan teknik mengatur cahaya
1.4
Mengatur focus
1.4.1
Menjelaskan teknik mengatur focus
Perilaku umum mengoperasikan mikroskop cahaya terbentuk
dengan merangkaikan perilaku meletakkan preparat pada kaca benda, mengatur
cahaya, mengatur fokus, dan menggambar preparat. Perilaku merangkaikan tersebut
dapat dilakukan bila telah menguasai keempat perilaku yaitu meletakkan preparat
pada kaca benda, mengatur cahaya, mengatur fokus, dan menggambar preparat yang
tentu saja membutuhkan prasyarat.
Setiap orang dapat memilih perilaku mana yang harus
didahulukan diantara empat perilaku khusus tersebut. Karena itu kedudukan
keempat perilaku tersebut antara satu dan yang lain terstruktur sebagai
prosedural, karena dalam merangkaikan keempatnya berurutan. Perilaku meletakkan
preparat pada kaca benda mempunyai prasyarat perilaku menjelaskan teknik
meletakkan preparat pada kaca benda. Perilaku mengatur cahaya mempunyai
prasyarat perilaku menjelaskan teknik mengatur cahaya. Demikian pula perilaku
mengatur fokus mempunyai prasyarat perilaku menjelaskan teknik mengatur fokus.
Sedangkan perilaku menggambar preparat memerlukan prasyarat menjelaskan teknik
menggambar preparat. Bagan di atas menunjukkan struktur kombinasi antara
prosedural dan hierarkikal.
Beberapa contoh di atas adalah perilaku yang berada dalam
kawasan kognitif dan psikomotor. Sementara itu Nana Sudjana (2002: 22-23)
berpendapat bahwa belajar secara sistematis meliputi berbagai perilaku sebagai
berikut: Perilaku kognitif, Perilaku afektif, Perilaku psikomotorik
1.
Perilaku Kawasan Kognitif
Perilaku kawasan kognitif adalah perilaku yang merupakan
hasil proses berpikir atau perilaku hasil kerja otak. Bloom dalam Atwi Suparman
(2001:108) membagi kawasan kognitif menjadi enam tingkatan yaitu pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Keenam tingkatan
tersebut merupakan tingkatan perilaku kognitif dari yang paling rendah
(sederhana) sampai ke yang paling tinggi (kompleks). Memecahkan masalah
instruksional secara sistematis merupakan contoh perilaku kawasan kognitif.
Gagne dalam Atwi Suparman (2001:108) membagi kapabilitas
manusia dalam kawasan kognitif menjadi tiga macam, yaitu ketrampilan
intelektual, strategi kognitif, dan informasi verbal. Ketrampilan teknis dalam
ilmu pengetahuan adalah contoh ketrampilan intelektual, ketrampilan dalam mencari
cara pemecahan masalah adalah contoh strategi kognitif. Sedangkan contoh
informasi verbal adalah ketrampilan mengungkapkan kembali pengetahuan verbal
yang telah dimiliki.
2.
Perilaku Kawasan Psikomotor
Perilaku kawasan psikomotor adalah perilaku yang dimunculkan
oleh hasil kerja fungsi tubuh manusia. Gerakan tubuh, berlari. Melompat,
melempar, berputar, memukul dan menendang adalah perilaku psikomotor. Dave
dalam Atwi Suparman (2001:109) membagi perilaku kawasan psikomotor dalam lima
jenjang perilaku yaitu : menirukan gerak, memanipulasikan kata-kata menjadi
gerak, melakukan gerak dengan tepat, merangkaikan berbagai gerak, dan melakukan
gerak dengan gerakan wajar dan efisien.
3.
Perilaku kawasan Afektif
Perilaku kawasan afektif adalah perilaku yang dimunculkan
seseorang sebagai pertanda kecenderungan untuk membuat keputusan atau pilihan
untuk beraksi dalam lingkungan tertentu. Bloom dan Masia dalam Atwi Suparman
(2001:109) membagi kawasan afektif menjadi lima tingkatan kemampuan yaitu:
menerima nilai, membuat respon terhadap nilai, menghargai nilai-nilai yang ada,
mengorganisasikan nilai, dan mengamalkan nilai secara konsisten atau
karakterisasi. Sikap tidak tampak oleh mata tetapi berada “di dalam” hati.
Menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus dalam
kawasan afektif pada dasarnya tidak berbeda dengan kawasan kognitif dan kawasan
psikomotorik. Setelah diketahui perilaku umum yang terdapat dalam Tujuan
Instruksional Umum pengembang instruksional selanjutnya mencari jawaban dari perilaku
khusus apa saja yang mengacu kepada munculnya perilaku umum tersebut untuk
mencari jawaban pertanyaan tersebut, pengembang instruksional melakukan
analisis instruksional dengan langkah-langkah yang sistematis
C.
Langkah-langkah Melakukan Analisis
Instruksional
Langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan analisis
instruksional adalah sebagai berikut :
1. Menuliskan perilaku umum yang terdapat dalam
TIU untuk mata pelajaran yang akan dikembangkan
2. Menulis
perilaku khusus yang menjadi bagian dari perilaku umum. Jumlah perilaku khusus
setiap perilaku umum berkisar 5-10 buah, bisa bertambah bila diperlukan
3. Menyusun
perilaku khusus dari yang paling “dekat” sampai yang “jauh” hubungannya dengan
perilaku umum dalam daftar.
4.
Menambah atau mengurangi perilaku tersebut jika diperlukan.
5.
Menulis perilaku khusus dalam kartu dengan ukuran 3 x 5 cm
6. Menyusun
kartu dalam struktur hierarkikal, prosedural, atau pengelompokan menurut kedudukan masing-masing terhadap kartu
yang lain.
7. Tambah
atau kurangi perilaku khusus jika dianggap perlu, sampai tidak ada lagi
perilaku khusus yang ketinggalan atau kelebihan serta susunannya menurut
struktur hierarkikal, prosedural, pengelompokan atau kombinasi.
8.
Menggambar letak perilaku-perilaku tersebut dalam kotak-kotak.
9. Meneliti
kemungkinan menghubungkan perilaku umum yang satu dan yang lain, atau perilaku
khusus yang berada di bawah perilaku umum yang berbeda.
10. Memberi
nomor urut pada setiap perilaku khusus dari yang terjauh sampai yang terdekat
dengan perilaku umum.
11.Mengkonsultasikan
atau mendiskusikan bagan yang telah dibuat dengan teman sejawat untuk
mendapatkan masukan, dengan memperhatikan :
Ø Lengkap tidaknya perilaku khusus
sebagai penjabaran dari setiap perilaku umum
Ø Logis tidaknya urutan dari
perilaku-perilaku khusus menuju perilaku umum
Ø Struktur hubungan perilaku-perilaku
khusus tersebut (hierarkikal, prosedural, pengelompokan, atau kombinasi).
Type of
learning : Attitude (Dick and Carey : Hal 40).
Kesimpulan
Ketrampilan melakukan analisis instruksional (pembelajaran)
sangat penting bagi kegiatan instruksional karena pengetahuan, ketrampilan, dan
sikap yang harus diberikan lebih dahulu dari yang lain dapat ditentukan dari
hasil analisis instruksional. Dengan demikian pengajar jelas melihat arah kegiatan
instruksionalnya secara bertahap menuju pencapaian TIU sehingga pengajar
terhindar dari pemberian isi pelajaran yang tidak relevan dengan TIU.
Kegiatan analisis instruksional merupakan proses menjabarkan
perilaku umum ke perilaku khusus yang tersusun senara logis dan sistematis.
Kegiatan tersebut untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku khusus yang dapat
menggambarkan perilaku umum secara lebih terperinci. Dalam menjabarkan perilaku
umum menjadi perilaku khusus terdapat empat macam susunan, yaitu struktur
hierarkikal, prosedural, pengelompokan dan struktur kombinasi. Analisis
instruksional dilakukan oleh pengembang instruksional dengan langkah-langkah
yang sistematis.
DAFTAR PUSTAKA
Afiuddin, Nur. 2009. Analisis
Instruksional http://begawanafif.blogspot.com/2009/02/analisis-instruksional.html.
Diakses pada 12 Maret 2012
Atwi Suparman, M. 2001. Desain
Instruksional. Jakarta : PAU-PPAI-UT
Dick, Walter and Carey Lou, 1990. The
Systematic Design of instruction 3rd Ed, Includes Bibliographical
References, USA, Walter Dick and Lou Carey.
Nurhidayatullah, Syahrir. 2011. Resume
Analisis Intraksional. http://tpers.net/2011/04/resum-analisis-instruksional-syahrir-nurhidayatulloh/.
Diakses pada 12 Maret 2012
Sudjana, Nana. 2004. Penilaian
Hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Rosda.
Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi
Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Jakarta. Rosda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar