Selasa, 10 April 2012

Langkah dan Praktek Analisis Pembelajaran


LANGKAH-LANGKAH ANALISIS PEMBELAJARAN DAN PRAKTEK ANALISIS PEMBELAJARAN
                                Dosen Pengampu : Dr. Sri Hartati, M.Pd

                                

   Oleh :
  Oka Irmade



PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012

PENDAHULUAN
Setiap akan melakukan proses pembelajaran, seorang pengajar akan menyiapkan sebuah desain pembelajaran. Diantara pengajar itu ada yang mempersiapkan seluruh kegiatan pembelajarannya secara khusus jauh sebelum memulainya dan ada pula yang membuat persiapannya untuk setiap kali proses pembelajarannya. Kelompok pengajar yang lain merasa tidak perlu membuat persiapan apapun sebelum memulai proses pembelajaran.
Kelompok yang terakhir di atas langsung mengajar karena merasa telah dapat mengajar dengan baik apabila mengetahui topik yang akan diajarkan untuk setiap kali pertemuan. Setiap pengajar baik yang membuat persiapan maupun tidak, selalu mencari cara untuk melaksanakan kegiatan instruksionalnya dengan sebaik-baiknya. Demikian pula setiap pengelola program pendidikan dan latihan senantiasa mencari jalan meningkatkan programnya melalui cara yang dianggapnya baik.
Setiap pengajar yang membuat persiapan dalam proses pembelajaran selalu diawali dengan membuat tujuan instruksional umum (TIU). Tetapi ada pula pengembang instruksional termasuk pengajar melompat dari TIU ke TIK, tes, atau isi pelajaran tanpa melalui analisis instruksional (analisis pembelajaran) sehingga menghasilkan kegiatan instruksional yang tidak sistematis.
Implikasi proses pengembangan instruksional yang melompat antara lain yaitu daftar TIK yang telah disusun tidak konsisten dengan TIU-nya seperti kurang lengkap atau berlebihan, materi tes tidak terperinci, urutan isi pelajaran kurang sistematis, titik berangkat materi pelajaran tidak sesuai dengan kemampuan awal peserta didik, dan cara penyajiannya tidak sesuai dengan karakteristik peserta didik.
Ketrampilan melakukan analisis instruksional (pembelajaran) sangat penting bagi kegiatan instruksional karena pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang harus diberikan lebih dahulu dari yang lain dapat ditentukan dari hasil analisis instruksional. Dengan demikian pengajar jelas melihat arah kegiatan instruksionalnya secara bertahap menuju pencapaian TIU sehingga pengajar terhindar dari pemberian isi pelajaran yang tidak relevan dengan TIU.

PEMBAHASAN
Analisis pembelajaran merupakan proses penjabaran prilaku umum menuju ke prilaku khusus yang tersusun secara logis dan sisitematis dengan tersusunnya gambaran prilaku khusus dari yang paling awal hingga akhir.
            Dick and Carey (1985) mengatakan bahwa tujuan pembelajaran yang telah diidentifikasi perlu dianalisis untuk mengenali keterampilan-keterampilan bawahan (sub ordinate skills) yang mengharuskan anak didik belajar menguasainya dan langkah-langkah procedural bawaan yang ada harus diikuti anak didik untuk dapat belajar tertentu. Cara yang digunakan untuk mengidentifikasi sub ordinate skills adalah dengan cara memilih keterampilan bawahan yang berhubungan langsung dengan ranah tujuan pembelajaran. Biasanya unuk mata pelajaran tertentu, keseluruhan tujuan merupakan keterampilan intelektual. Teknik analisis keterampilan bawahannya menggunakan pendekatan heararki, yaitu dengan memilih apa yang harus dikuasai dan dilakukan oleh anak didik sehingga dengan usaha pembelajaran sesedikit mungkin untuk dipelajari atau dikuasai melalui belajar.
Menurut Dick and Carey analisis pembelajaran adalah seperangkat prosedur yang bisa diterapkan dalam suatu tujuan pembelajaran menghasilkan identifikasi   langkah-langkah yang relevan bagi penyelenggara suatu tujuan dan kemampuan-kemampuan subordinat yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Analisis Pembelajaran (Instruksional) yang meliputi tiga sub bab yaitu Pengertian Analisis Instruksional, Empat Macam Struktur Perilaku, dan Langkah-langkah Melakukan Analisis Instruksional.( Afiuddin, Nur. 2009)

A.     Pengertian Analisis Instruksional
Analisis instruksional merupakan proses menjabarkan perilaku umum ke perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis. (Nurhidayatullah, Syahrir. 2011) Kegiatan tersebut untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku khusus yang dapat menggambarkan perilaku umum secara lebih terperinci. Kedudukan perilaku khusus dilakukan lebih dahulu daripada perilaku lainnya karena sebagai perilaku prasyarat, yaitu perilaku yang menurut urutan gerakan fisik berlangsung lebih dahulu, perilaku yang menurut proses psikologis muncul terlebih dahulu atau secara kronologis terjadi lebih awal.
Analisis instruksional dapat menggambarkan susunan perilaku khusus dari yang paling awal sampai yang paling akhir. Menurut Muhibbin Syah (Muhibbin Syah, 2004: 181-182) jumlah dan susunan perilaku tersebut akan memberikan keyakinan kepada pengajar bahwa perilaku umum yang tercantum dalam TIU dapat dicapai secara efektif dan efisien. Melalui tahapan perilaku-perilaku khusus tertentu siswa dapat mencapai perilaku umum. Perilaku khusus yang telah disusun secara sistematis menuju perilaku umum bagaikan jalan yang singkat yang harus dilalui oleh para siswa untuk mencapai tujuannya dengan baik.

B.      Empat Macam Struktur Perilaku
Bila perilaku umum diuraikan menjadi perilaku khusus akan terdapat empat macam susunan, yaitu hierarkikal, prosedural, pengelompokan, dan kombinasi.
  1. Struktur Hierarkikal
Struktur perilaku yang hierarkikal adalah kedudukan dua perilaku yang menunjukkan bahwa perilaku hanya dapat dilakukan bila telah dikuasai perilaku yang lain. Perilaku B misalnya, hanya dapat dipelajari bila siswa telah dapat melakukan perilaku A. Kedudukan A dan B disebut hierarkikal. Dalam suatu kurikulum, mata pelajaran A merupakan prasyarat untuk mengikuti pelajaran B, atau Kompetensi Dasar (KD) A merupakan prasyarat untuk mengikuti Kompetensi Dasar (KD) B. Tanpa lulus KD A siswa tidak boleh atau tidak mungkin langsung mengikuti KD B. Perhatikan contoh-contah perilaku di bawah ini :
a.      Kedudukan perilaku mengamati jaringan tumbuhan dan memahami sel tumbuhan. Mengamati jaringan tumbuhan seperti mengamati sel penyusun, bentuk sel penyusun, ukuran sel penyusun tidak mungkin dilakukan bila siswa belum memahami tentang sel tumbuhan. Kedua perilaku tersebut tersusun secara hierarkikal. Memahami pengertian sel tumbuhan merupakan prasyarat untuk dapat mengamati jaringan tumbuhan.
b.   Kedudukan perilaku memahami penulisan kalimat pernyataan dengan tanda baca penutup yang tepat hanya dapat diketahui dengan cara mengenali terlebih dahulu kalimat pernyataan dengan tanda baca penutup yang tepat, pemilihan tanda baca penutup yang tepat dalam kalimat pernyataan dan mengklasifikasikan sebuah kalimat lengkap sebagai kalimat pernyataan.
  1. Struktur Prosedural
Struktur perilaku prosedural adalah kedudukan beberapa perilaku yang menunjukkan satu seri urutan perilaku, tetapi tidak ada perilaku yang menjadi prasyarat untuk yang lain.Walaupun perilaku khusus dilakukan berurutan untuk dapat melakukan perilaku umum, tetapi setiap perilaku dapat dipelajari secara terpisah. Di bawah ini beberapa contoh perilaku yang tersusun secara prosedural.
a.      Dalam menggunakan mikroskop cahaya, sedikitnya ada empat perilaku khusus yang terstruktur secara prosedural.
1)      Mengatur focus
2)      Meletakkan preparat pada kaca benda
3)      Menggambar preparat
4)     Mengatur cahaya
Siswa dapat mempelajari cara mengatur cahaya dahulu. Pada kesempatan lain ia belajar meletakkan preparat pada kaca benda, kemudian mengatur fokus dan menggambar preparat.
b.     Dalam menggunakan OHP sedikitnya ada tiga perilaku khusus yang  terstruktur secara prosedural.
1)      Menempatkan transparansi di atas OHP
2)      Menyalakan OHP
3)      Mengatur focus
Siswa dapat mempelajari cara mengatur fokus lebih dahulu. Pada kesempatan lain ia belajar menempatkan ransparansi di atas OHP dan kemudian menyalakannya. Tetapi dalam kegiatan keeluruhan ketiga perilaku tersebut muncul secara berurutan muncul sebagai seri perilaku.
Perilaku yang tersusun secara prosedural dilukiskan kotak-kotak yang berderet ke samping dan dihubungkan dengan garis horisontal. Bila dilukiskan pada bagan mudah dibedakan dari perilaku yang tersusun secara hierarkikal yang tampak dihubungkan dengan garis vertikal.
  1. Struktur Pengelompokan
Dalam struktur pengelompokan terdapat perilaku-perilaku khusus yang tidak mempunyai ketergantungan satu sama lain, walaupun semuanya berhubungan. Dalam keadaan seperti itu, garis penghubung antara perilaku-perilaku khusus yang satu dan yang lain tidak diperlukan. Sebagai contoh dalam mata pelajaran biologi yang menjelaskan sistem organ pada tubuh manusia.
  1. Struktur Kombinasi
Suatu perilaku umum bila diuraikan menjadi perilaku khusus sebagian tersebar akan terstruktur secara kombinasi antara struktur hierarkikal, prosedural, dan pengelompokan. Sebagian dari perilaku khusus yang terdapat di dalam ruang lingkup perilaku umum itu mensyaratkan perilaku khusus yang lain. Selebihnya merupakan urutan penampilan perilaku khusus dan umum.
Contoh dari perilaku struktur kombinasi adalah perilaku umum mengoperasikan mikroskop cahaya dapat diuraikan dalam perilaku khusus sebagai berikut :
1. Mengoprasikan mikroskop
1.1  Meletakkan preparat pada kaca benda
1.1.1 Menjelaskan teknik meletakkan preparat pada kaca benda
1.2  Menggambar preparat
1.2.1  Menjelaskan teknik menggambar preparat
1.3  Mengatur cahaya
1.3.1  Menjelaskan teknik mengatur cahaya
1.4  Mengatur focus
1.4.1  Menjelaskan teknik mengatur focus
Perilaku umum mengoperasikan mikroskop cahaya terbentuk dengan merangkaikan perilaku meletakkan preparat pada kaca benda, mengatur cahaya, mengatur fokus, dan menggambar preparat. Perilaku merangkaikan tersebut dapat dilakukan bila telah menguasai keempat perilaku yaitu meletakkan preparat pada kaca benda, mengatur cahaya, mengatur fokus, dan menggambar preparat yang tentu saja membutuhkan prasyarat.
Setiap orang dapat memilih perilaku mana yang harus didahulukan diantara empat perilaku khusus tersebut. Karena itu kedudukan keempat perilaku tersebut antara satu dan yang lain terstruktur sebagai prosedural, karena dalam merangkaikan keempatnya berurutan. Perilaku meletakkan preparat pada kaca benda mempunyai prasyarat perilaku menjelaskan teknik meletakkan preparat pada kaca benda. Perilaku mengatur cahaya mempunyai prasyarat perilaku menjelaskan teknik mengatur cahaya. Demikian pula perilaku mengatur fokus mempunyai prasyarat perilaku menjelaskan teknik mengatur fokus. Sedangkan perilaku menggambar preparat memerlukan prasyarat menjelaskan teknik menggambar preparat. Bagan di atas menunjukkan struktur kombinasi antara prosedural dan hierarkikal.
Beberapa contoh di atas adalah perilaku yang berada dalam kawasan kognitif dan psikomotor. Sementara itu Nana Sudjana (2002: 22-23) berpendapat bahwa belajar secara sistematis meliputi berbagai perilaku sebagai berikut: Perilaku kognitif, Perilaku afektif, Perilaku psikomotorik
1. Perilaku Kawasan Kognitif
Perilaku kawasan kognitif adalah perilaku yang merupakan hasil proses berpikir atau perilaku hasil kerja otak. Bloom dalam Atwi Suparman (2001:108) membagi kawasan kognitif menjadi enam tingkatan yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Keenam tingkatan tersebut merupakan tingkatan perilaku kognitif dari yang paling rendah (sederhana) sampai ke yang paling tinggi (kompleks). Memecahkan masalah instruksional secara sistematis merupakan contoh perilaku kawasan kognitif.
Gagne dalam Atwi Suparman (2001:108) membagi kapabilitas manusia dalam kawasan kognitif menjadi tiga macam, yaitu ketrampilan intelektual, strategi kognitif, dan informasi verbal. Ketrampilan teknis dalam ilmu pengetahuan adalah contoh ketrampilan intelektual, ketrampilan dalam mencari cara pemecahan masalah adalah contoh strategi kognitif. Sedangkan contoh informasi verbal adalah ketrampilan mengungkapkan kembali pengetahuan verbal yang telah dimiliki.
2. Perilaku Kawasan Psikomotor
Perilaku kawasan psikomotor adalah perilaku yang dimunculkan oleh hasil kerja fungsi tubuh manusia. Gerakan tubuh, berlari. Melompat, melempar, berputar, memukul dan menendang adalah perilaku psikomotor. Dave dalam Atwi Suparman (2001:109) membagi perilaku kawasan psikomotor dalam lima jenjang perilaku yaitu : menirukan gerak, memanipulasikan kata-kata menjadi gerak, melakukan gerak dengan tepat, merangkaikan berbagai gerak, dan melakukan gerak dengan gerakan wajar dan efisien.
3. Perilaku kawasan Afektif
Perilaku kawasan afektif adalah perilaku yang dimunculkan seseorang sebagai pertanda kecenderungan untuk membuat keputusan atau pilihan untuk beraksi dalam lingkungan tertentu. Bloom dan Masia dalam Atwi Suparman (2001:109) membagi kawasan afektif menjadi lima tingkatan kemampuan yaitu: menerima nilai, membuat respon terhadap nilai, menghargai nilai-nilai yang ada, mengorganisasikan nilai, dan mengamalkan nilai secara konsisten atau karakterisasi. Sikap tidak tampak oleh mata tetapi berada “di dalam” hati.
Menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus dalam kawasan afektif pada dasarnya tidak berbeda dengan kawasan kognitif dan kawasan psikomotorik. Setelah diketahui perilaku umum yang terdapat dalam Tujuan Instruksional Umum pengembang instruksional selanjutnya mencari jawaban dari perilaku khusus apa saja yang mengacu kepada munculnya perilaku umum tersebut untuk mencari jawaban pertanyaan tersebut, pengembang instruksional melakukan analisis instruksional dengan langkah-langkah yang sistematis

C.    Langkah-langkah Melakukan Analisis Instruksional
Langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan analisis instruksional adalah sebagai berikut :
1.  Menuliskan perilaku umum yang terdapat dalam TIU untuk mata pelajaran yang akan dikembangkan
2. Menulis perilaku khusus yang menjadi bagian dari perilaku umum. Jumlah perilaku khusus setiap perilaku umum berkisar 5-10 buah, bisa bertambah bila diperlukan
3. Menyusun perilaku khusus dari yang paling “dekat” sampai yang “jauh” hubungannya dengan perilaku umum dalam daftar.
4.   Menambah atau mengurangi perilaku tersebut jika diperlukan.
5.   Menulis perilaku khusus dalam kartu dengan ukuran 3 x 5 cm
6.  Menyusun kartu dalam struktur hierarkikal, prosedural, atau pengelompokan  menurut kedudukan masing-masing terhadap kartu yang lain.
7.  Tambah atau kurangi perilaku khusus jika dianggap perlu, sampai tidak ada lagi perilaku khusus yang ketinggalan atau kelebihan serta susunannya menurut struktur hierarkikal, prosedural, pengelompokan atau kombinasi.
8.   Menggambar letak perilaku-perilaku tersebut dalam kotak-kotak.
9.  Meneliti kemungkinan menghubungkan perilaku umum yang satu dan yang lain, atau perilaku khusus yang berada di bawah perilaku umum yang berbeda.
10. Memberi nomor urut pada setiap perilaku khusus dari yang terjauh sampai yang terdekat dengan perilaku umum.
11.Mengkonsultasikan atau mendiskusikan bagan yang telah dibuat dengan teman sejawat untuk mendapatkan masukan, dengan memperhatikan :
Ø  Lengkap tidaknya perilaku khusus sebagai penjabaran dari setiap perilaku umum
Ø  Logis tidaknya urutan dari perilaku-perilaku khusus menuju perilaku umum
Ø  Struktur hubungan perilaku-perilaku khusus tersebut (hierarkikal, prosedural, pengelompokan, atau kombinasi).
Type of learning : Attitude (Dick and Carey : Hal 40).








Kesimpulan
Ketrampilan melakukan analisis instruksional (pembelajaran) sangat penting bagi kegiatan instruksional karena pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang harus diberikan lebih dahulu dari yang lain dapat ditentukan dari hasil analisis instruksional. Dengan demikian pengajar jelas melihat arah kegiatan instruksionalnya secara bertahap menuju pencapaian TIU sehingga pengajar terhindar dari pemberian isi pelajaran yang tidak relevan dengan TIU.
Kegiatan analisis instruksional merupakan proses menjabarkan perilaku umum ke perilaku khusus yang tersusun senara logis dan sistematis. Kegiatan tersebut untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku khusus yang dapat menggambarkan perilaku umum secara lebih terperinci. Dalam menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus terdapat empat macam susunan, yaitu struktur hierarkikal, prosedural, pengelompokan dan struktur kombinasi. Analisis instruksional dilakukan oleh pengembang instruksional dengan langkah-langkah yang sistematis.












DAFTAR PUSTAKA

Afiuddin, Nur. 2009. Analisis Instruksional  http://begawanafif.blogspot.com/2009/02/analisis-instruksional.html. Diakses pada 12 Maret 2012
Atwi Suparman, M. 2001. Desain Instruksional. Jakarta : PAU-PPAI-UT
Dick, Walter and Carey Lou, 1990. The Systematic Design of instruction 3rd Ed, Includes Bibliographical References, USA, Walter Dick and Lou Carey.
Nurhidayatullah, Syahrir. 2011. Resume Analisis Intraksional. http://tpers.net/2011/04/resum-analisis-instruksional-syahrir-nurhidayatulloh/. Diakses pada 12 Maret 2012
Sudjana, Nana. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Rosda.
Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Jakarta. Rosda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar